Latar Belakang
Orang tua merupakan seorang pendidik yang
pertama dan utama bagi seorang anak. Pendidik yang pertama, karena orang tua
lah yang pertama kali memperkenalkan hal-hal baru kepada anak. Pendidikan yang
bersifat positif maupun negative. Semua hal yang sejatinya pertama kali dilihat
oleh anak sehingga ditiru dan diikuti oleh anak. Bahkan semenjak anak berada
didalam kandungan, seorang anak dapat mulai belajar. Perilaku seorang anak yang
dengan mudah menghafal Al-qur’an merupakan salah satu fenomena nyata yang
terjadi. Hal tersebut terjadi karena dari kebiasaan si Ibu pada saat mengandung
selalu mendengarkan kandungannya dengan ayat-ayat Al-qur’an sehingga anak yang
berada didalam kandungan terbiasa dan mudah menghafalnya. Sebagai pendidik
utama, karena seoarang anak dan orang tua memiliki sebuah hubungan emosional
yang sangat kuat dan terjalin dalam waktu yang sangat panjang.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa pengaruh
orang tua terhadap perkembangan dan pertumbuhan seorang anak sebanyak 70%. Sedangkan
30% sisanya merupakan pengaruh yang ditimbulkan dari lingkungan, baik sekolah
maupun masyarakt sekitar. Hal tersebut dikarenakan seorang anak lebih banyak
menghabiskan waktu dengan keluarga dibandingkan dengan lingkungan diluar lingkup
keluarganya. Sejatinya orang tua selalu menginginkan anaknya tumbuh menjadi
seorang anak yang dapat membanggakan kedua orang tua mereka, memiliki akhlak
yang baik serta dapat berguna bagi banyak orang disekitarnya. Sayangnya, banyak orangtua malah melakukan hal yang seharus tidak
dilakukan kepada anaknya sehingga merugikan perkembangan anak. Mereka tidak melakukan
hal-hal yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak - anak agar mereka tumbuh dan berkembang
optimal. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak menjadi tidak maksimal.
Tipe Pola Asuh
Pola asuh yang diterapkan secara konsisten oleh
orang tua, akan memiliki dampak yang ditimbulkan bagi kepribadian yang dimiliki
oleh seorang anak.
Menurut Baumrind (1967) terdapat 4 macam pola
asuh orang tua terhadap anaknya.
- Pola Asuh Demokratis
Pola asuh Demokratis
merupakan pola asuh dimana orang tua lebih memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi orang
tua tidak ragu-ragu untuk mengendalikan si anak. Orang tua dengan pola asuh ini
bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau
pemikiran-pemikiran yang rasional. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis
terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan diluar batas kemampuan
anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih
dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Biasanya anak akan merasa
dibiarkan bebas namun tetap diawasi setiap gerak geriknya. Dan si anak akan
menggap orang tua bukan hanya sekedar orang tua tetapi juga dapat dijadikan
sebagai sahabat tempat mereka berbagi.
- Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan
pola asuh yang berbanding terbalik dari Pola Asuh Demokratis. Dimana orang tua
cenderung menetapkan tata tertib standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan
diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah,
menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua,
maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga
tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.
Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti
mengenai anaknya.
Biasanya si anak akan merasa
tertekan dan sulit untuk mengungkapkan pendapat yang ada di dalam pikirannya. Si
anak akan senantiasa selalu untuk menuruti apa yang diperintahkan oleh orang
tua nya dan tidak berani untuk melakukan hal yang sesuai dengan keinginannya
- Pola Asuh Permisif
Pola asuh Permisif atau
pemanja dimana biasanya orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar
kepada anaknya. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu yang
dia inginkan tanpa adanya pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak
menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya
bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
Walaupun orang tua dengan
pola asuh ini meruapakan orang tua yang bersifat hangat terhadap anak, namun
akan berdampak buruk bagi tingkah laku si anak di dalam pergaulannya. Mengapa?
Karena seorang anak tidak terlalu diperhatikan dan lebih sering di biarkan
bebas oleh orang tua tanpa diberikan bimbingan yang cukup. Sehingga, si anak
akan kehilangan arah dalam pergaulan bahkan terjerumus kedalam pergaulan bebas.
- Pola Asuh Penelantar
Pola asuh tipe yang terakhir
adalah tipe Penelantar. Orang tua dengan tipe asuh seperti ini pada umumnya
memberikan waktu dan biaya yang sangat minim kepada anak-anaknya. Waktu mereka
banyak digunakan hanya untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan
juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe
ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi.
Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun
psikis pada anak-anaknya.
Pola asuh yang seperti ini
lebih membahayakan dibandingkan tipe pola asuh sebelumnya, karena akan
mengganggu keadaan psikis dari seorang anak. Si anak akan merasa kurang
diperhatikan baik secara moril maupun materilnya.
Pengaruh Pola Asuh Terhadap
Karakteristik Anak
- Pengaruh Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis akan
menghasilkan karakteristik anak anak yang mandiri, dapat mengontrol diri,
mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat
terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain.
- Pengaruh Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter akan
menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak
berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah,
cemas dan menarik diri dari keadaan sosial.
- Pengaruh Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif akan
menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh,
manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang
matang secara sosial.
- Pengaruh Pola Asuh Penelantar
Pola asuh penelantar akan
menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive, agresif, kurang
bertanggung jawab, tidak mau mengalah, Self Esteem (harga diri) yang rendah,
sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
Kiat Menjadi Orang tua Bijaksana
Ada
beberapa factor utama yang menentukan kesuksesan orang tua dalam mendidik dan
mengasuh dengan bijaksana.
- Hargai Anak
Seorang anak hendaknya
diperlakukan sama seperti para orang tua menghargai orang yang sejajar dengan
mereka. Ini merupakan hal yang penting, karena akan meningkatkan sebuah rasa
percaya diri dari seorang anak. Selain itu secara tidak langsung mengajarkan
anak untuk menghargai orang lain. Anak merupakan seorang peniru yang sangat
handal. Mampu meniru setiap hal yang dilakukan oleh orang tua, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
- Factor Waktu
Bagi orang tua yang memiliki
kesibukan diluar rumah, berikanlah sedikit waktu luang kepada anak hanya untuk
sekedar mendengarkan ceritanya atau pergi makan bersama. Dengan cara itu, orang
tua akan mengenal kepribadian anak. Seorang anak akan merasa senang bila, orang
tua dapat meluangkan waktu mereka untuk anaknya.
- Membangun Disiplin
Menerapkan sikap disiplin
pada anak tidak sama dengan menerapkan sikap disiplin kepada orang dewas. Harus
sedikit demi sedikit dalam membangun kedisiplinan tersebut. Hal itu bisa
dimulai dari membiasakan untuk bangun tepat waktu, mengerjakan tugas sekolah
dan hal-hal kecil lainnya.
- Kasih Sayang
Seoarang anak sangat
membutuhkan sebuah perhatian dan kasih sayang dari orang tua mereka. Di zaman
seperti sekarang, kebanyak orang tua menganggap materil merupakan kasih sayang
yang diinginkan oleh seorang anak. Namun, pada kenyataannya, kasih sayang dan
perhatian yang sangat dibutuhkan oleh setiap anak dan bukan hanya sekedar
materil saja. Berikan kasih sayang yang seimbang Antara moril dan materil. Kasih
sayang yang dilakukan secara moril lebih sangat dibutuhkan dan diingkan oleh
seorang anak.
- Rasa Aman dan Nyaman
Rasa aman dan nyaman yang
dirasakan oleh seorang anak bukan hanya pada saat mereka berada didalam rumah
bersama keluarga, namun juga pada saat mereka berada dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Anak harus terhindar dari rasa cemas, khawatir, gelisah
dan hal lain yang dapat membuat mereka merasa tidak nyaman. Mengindarkan anak
dari bahaya dengan menakut-nakutinya bukan hal yang baik, karena akan membuat
anak merasa tidak nyaman.
- Berkomunikasi
Melakukan komunikasi
sesering mungkin dengan anak. Jangan biarkan mereka menyimpan masalahnya
senidir. Gunakan bahasa yang hangat dan menyikapi masalahnya dengan bijak agar
mereka nyaman jika ingin mengungkapkan sesuatu hal yang sangat mereka
rahasiakan. Jika memang memiliki jarak yang terpisah dengan anak, lakukan
komunikasi melalui telepon maupun media-media lain yang dapat membuat hubungan
komunikasi tetap berjalan lancer dan baik meskipun dengan keadaan jarak yang
jauh.
- Biarlah Anak Menjadi Dirinya
Setiap anak memiliki
kemampuan yang berbeda yang membuat mereka menjadi unik dan terlihat berbeda
dengan yang lainnya. Maka dari itu, jangan memaksakan kehendak terhadap anak. Biarkanlah
mereka menjadi apa yang mereka inginkan, yang terpenting masih berada dijalur
yang positif dan biarkan mereka mengekspresikan apa yang mereka inginkan namun
tetap dengan pengawasan.
Sumber: http://little1academy.com/File/N/Full/2236-Mengasuh%20dengan%20bijak.pdf
0 comments:
Post a Comment